Tunduk pada tuntutan tugas
7:25:00 AM | Author: Nik Muhammad Amin
"Demi Allah aku bersumpah, seandainya mereka menghalangi aku dari zakat unta yang dulu dibayar kepada Rasulullah,tentu akan kuperangi mereka kerana dosa itu!"...

Abu Bakar As-Siddik ra adalah 'rajulun baki', lelaki yang sering menangis saat solat. Tuntutan tugas membuat ia menjadi tegas. Mengerahkan pasukan untuk memerangi para pembangkang yang tidak mau membayar zakat setelah Nabi SAW wafat. Saat itu Umar bin Khattab ra yang terkenal dengan sifat keras memohon berkali-kali agar Abu Bakar membatalkan pengerahan pasukan itu. "Bukankah mereka masih mengucapkan syahadah," kata Umar. Abu Bakar tetap pada keputusannya. Saat Umat terus memohon, sang khalifah menarik janggut Umar sambil berkata, "Wahai Umar, apakah engkau hendak menjadi pengecut di dalam Islam setelah menjadi jagoan dalam jahiliyyah?"

Kalimah heroik ini muncul dari seorang lembut. Menjentik ruhul jihad menggugah semangat untuk menegakkan syariat. Abu Bakar berseru, "Demi Allah aku bersumpah, seandainya mereka menghalangi aku dari zakat unta yang dulu dibayar kepada Rasulullah,tentu akan kuperangi mereka kerana dosa itu!"

Luar biasa, begitulah syiar pemimpin., amrun waa tho'atun...perintah dan taat. Berat tapi bisa, sulit tapi mungkin. Pemimpin tidak mesti orang yang super. Bila lemah, menjadi kuat kerana tanggungjawab dan amanah. Kalaupun lembut bukan bererti pengecut bila masalah menjemput. Boleh jadi ia lumpuh, seperti syeikhul jihad Ahmad Yasin, tapi ruhul jihadnya sentiasa menggemuruh.

Menjadi pemimpin bererti memilul amanah. Maka, arahkan visi dan kerahkan potensi untuk merealisasikan tegaknya kalimatullah di muka bumi. jangan mudah mengeluh atau rapuh oleh nafsu yang menggemuruh. jangan lemah oleh tipu daya. Jangan terjerat oleh muslihat jahat. Abu Bakar bukanlah penangis saat perlu bertegas. Uthman bin Affan bukan lagi pemalu saat harus mengangkat pedang.

Amrun wa tho'atun, itu syiar pemimpin. Hudzaifah bin Yaman bergegas bangkit bila dingin mengigit. memikul amanah Nabi untuk menjadi inteligen di tengah pasukan pimpinan Abu Sofyan dalam Perang Khandak. Saat itu, di tengah pasukannya, Abu Sofyan memerintahkan agar mereke mengecek sesiapa di dekatnya, di kanan kirinya. Hudzaifah bersikap tenang dan selamat. Sebenarnya Hudzaifah ada peluang untuk membunuh Abu Sofyan yang tepat di depannya. Namun Nabi hanya mengamanahinya untuk membuat qiraatul zuruf, pembacaan semasa, peta kekuatan dan strategi musuh. Disiplin Hudzaifah ini membuatkan Nabi percaya untuk melantik Hudzaifah sebagai setiausaha sulit politik Nabi bagi mencatat nama-nama orang munafik.
This entry was posted on 7:25:00 AM and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Komentar: