Ketika Sahabat Jadi Cinta
1:18:00 AM | Author: Nik Muhammad Amin

Ada sebuah cerita cinta yang mengharukan yang mungkin boleh kita ambil hikmahnya, tentang dua orang sahabat yang kemudian menjalinkan cinta. Sahabat? Bagaimana?

Sahabat adalah seseorang yang kita jadikan dia sebagai sandaran bagi rapuhnya jiwa. Setiap saat dia bersedia menampung segala kisah, segala derita. Yang setiap saat dia tak pernah lelah mengajar anda tentang keindahan, tentang pengorbanan, tentang apa saja yang kemudian membuatkan anda faham akan makna sebuah kehidupan. Yang setiap saat dia membantu anda menuju jalan cahaya, menuju Dia. Yang separuh nafasnya dia berikan kepada anda untuk dihirup saat tidak mampu lagi menghirup cinta dan warna-warna, atau bahkan saat anda terluka dan menitiskan darah.

Seharusnya persahabatan tak pernah mengenal usia, tak mengenal ruang dan suasana, tak mengenal dimensi berbeza dari sebuah tema, tak mengenal jingga, tak mengenal airmata. Persahabatan adalah memori kehidupan yang sampai bila pun takkan pudar. Ia hidup dan terus menyala. Namun, terkadang ikatan persahabatan harus dipisahkan oleh sebuah peristiwa yang tidak diharapkan. Sungguh, cerita cinta yang mengharukan.

Ketika Sahabat Jadi Cinta

Dia adalah seorang laki-laki beragama yang menjaga ikhtilat. Sebuah persahabatan dengan seorang perempuan bertudung telah dia bina sejak lama. Sejak keduanya belum mengenal organisasi yang kemudian mereka berdua terlibat di dalamnya. Keaktifan mereka berdua memungkinkan mereka saling mengenal lebih dekat. Sehingga akhirnya mereka menjalin persahabatan.

Waktu berlalu. Persahabatan itu dilandasi sebuah visi menuju kebaikan. Persahabatan mereka terjalin dengan indahnya. Hingga terbukti persahabatan itu boleh menguatkan mereka berdua di jalan dakwah, menjadi aktivis dakwah. Aktiviti dakwah pun semakin mengalir dengan diiringi saling kuat-menguat untuk terus maju dan tidak berputus asa. Ikatan mereka tak lebih dari sekedar persahabatan tanpa sebuah nostalgia percintaan atau sebuah percintaan berselimutkan persahabatan. Tidak sama sekali.

Hingga suatu ketika, persahabatan itu menumbuhkan sekuntum bunga bernama cinta. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri persahabatan mereka demi sebuah cinta yang lebih mulia dan agung iaitu cintaNya.

Begitulah kawan, ketika sebuah visi misi persahabatan mulai berubah arahnya, keduanya sedar bahawa ia adalah noktah merah yang berbahaya. Ia akan merosakkan segala cinta dan kemuliaan yang telah diberikanNya. Sebuah keputusan sulit bagi mereka. Tapi ketakutan terhadap siksaanNya melebihi segalanya. Maka, persahabatan itu harus diakhiri meski pun terpaksa diiringi baluran air mata pada sebuah padang yang pernah mereka bangun bersama. Sebuah padang bernama persahabatan. Subhanallah! Semoga Allah mempertemukan mereka di surgaNya.

.





.